Posted in

Pemprov DKI Atasi Tawuran Dengan Cara Tak Biasa, Fokus ke Akar Masalahnya!

Pemprov DKI Jakarta berupaya atasi tawuran dengan pendekatan yang tidak biasa, berfokus pada akar masalah yang lebih dalam.

Pemprov DKI Atasi Tawuran Dengan Cara Tak Biasa, Fokus ke Akar Masalahnya!

Strategi ini melibatkan kajian multi-sektoral, pelibatan psikolog dan kriminolog, serta kampanye sosial #JagaJakarta. Pendekatan ini juga mempertimbangkan faktor kemiskinan, tradisi kekerasan, dan tren tawuran untuk konten media sosial sebagai pemicu utama. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Info Kejadian Jakarta.

Kompleksitas Akar Masalah Tawuran

Tawuran di Jakarta dianggap sebagai masalah kronis dengan akar penyebab yang kompleks, bukan sekadar fenomena musiman. Koordinator Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta, Firdaus Ali, menyatakan bahwa tawuran merupakan persoalan sosial turun-temurun yang memerlukan pendekatan jangka panjang lintas disiplin. Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, menilai bahwa tawuran adalah cerminan krisis ruang sosial di Jakarta, di mana interaksi fisik terbatas dan tergantikan oleh wahana virtual yang rentan memicu konflik.

Minimnya ruang ekspresi dan aktivitas positif bagi remaja, serta kelebihan waktu luang, juga berkontribusi pada peningkatan potensi konflik sosial. Lingkungan padat dan penuh tekanan dapat memicu stres yang tinggi, dan jika tidak disalurkan secara sehat, energi negatif dapat berujung pada tawuran.Selain itu, psikolog klinis Rini Hapsari Santosa menjelaskan bahwa tawuran adalah cerminan masalah psikososial yang lebih kompleks, seringkali menjadi jalan bagi remaja untuk mencari identitas dan pengakuan dari lingkungan sebaya.

Pengaruh teman sebaya sangat besar dalam membentuk pandangan remaja terhadap kekerasan, sehingga kekerasan dapat dianggap normal bahkan “keren” jika menjadi norma dalam lingkungan sosial mereka. Kemajuan teknologi digital juga memperparah kondisi ini, karena tawuran kini direkam, disebarluaskan, dan dipamerkan di media sosial sebagai bentuk eksistensi diri. Beberapa faktor lain yang memicu tawuran meliputi kemiskinan, lemahnya kontrol keluarga, dan kurangnya aktivitas positif bagi remaja.

Strategi Pencegahan Komprehensif Pemprov DKI

Pemprov DKI atasi tawuran di tengah menggodok berbagai strategi komprehensif untuk mengatasi tawuran. Pendekatan ini melibatkan beragam upaya, mulai dari kolaborasi dengan kriminolog dan psikolog, peluncuran kampanye masif #JagaJakarta, hingga rencana pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Antitawuran.

Pembahasan mendalam mengenai isu ini telah dilakukan dalam rapat koordinasi lintas sektor. Dihadiri oleh jajaran staf khusus, tenaga ahli gubernur, sekretaris daerah, serta kepala dinas dan direksi BUMD terkait.Strategi yang diusulkan meliputi:

  • Pendekatan Ahli: Menjalin kerja sama dengan para ahli dari berbagai universitas untuk merumuskan penanganan yang lebih efektif.
  • Penegakan Hukum Tegas: Menerapkan teori “broken windows,” di mana pelanggaran kecil pun harus segera ditindak untuk mencegah masalah yang lebih besar. Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, juga menekankan pendekatan pencegahan dan penindakan. Serta menginstruksikan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) untuk berkoordinasi intensif dengan kepolisian.
  • Kampanye Sosial: Meluncurkan kampanye besar #JagaJakarta sebagai pendekatan preventif dan ajakan moral bagi masyarakat untuk menjaga kota dari kekerasan dan konflik. Dinas Pendidikan DKI Jakarta juga diharapkan melakukan program preventif berkelanjutan dengan kampanye anti-tawuran yang edukatif dan interaktif.
  • Kajian Ekonomi dan Sosial: Mengembangkan solusi jangka panjang melalui kajian pendekatan ekonomi dan sosial. Termasuk ide pemberian insentif bagi wilayah yang bebas tawuran dan disinsentif untuk daerah yang sering terlibat konflik.
  • Pembentukan Satgas Antitawuran: Segera membentuk Satgas Penertiban Tawuran sebagai garda terdepan di lapangan.
  • Pusat Komunitas Remaja: Membangun Youth Center di wilayah rawan tawuran sebagai wadah ekspresi diri melalui seni, olahraga, digital kreatif, atau kewirausahaan.
  • Patroli Terpadu dan Deteksi Dini: Membentuk sistem deteksi dini berdasarkan laporan sosial, pergerakan di media sosial, dan pola provokasi daring. Yang melibatkan kepolisian, Satpol PP, sekolah, dan tokoh masyarakat.
  • Rehabilitasi dan Reintegrasi: Pelaku tawuran yang tertangkap tidak hanya dihukum. Tetapi juga harus mengikuti program konseling, pelatihan kerja, dan rekonsiliasi sosial.

Baca Juga: Macet Parah di TB Simatupang Jaksel! Warga Ngaku Lebih Cepat Jalan Kaki!

Pendekatan Humanis dan Peran Keluarga

Pendekatan Humanis dan Peran Keluarga

Komisi E DPRD DKI Jakarta bersama Pemprov dan lintas sektor mengedepankan pendekatan humanis dalam mencegah dan menangani tawuran remaja. Pendekatan ini menjadi alternatif dari pendekatan represif, dengan tujuan menyentuh akar persoalan sosial yang mendorong perilaku kekerasan di kalangan pelajar atau remaja.

Harapannya, pendekatan humanis dapat menciptakan rasa memiliki, memberi ruang berekspresi, serta memperkuat ikatan sosial di kalangan anak muda. Pentingnya peran keluarga juga ditekankan, khususnya para ibu sebagai agen perubahan dalam menciptakan lingkungan yang baik bagi tumbuh kembang anak untuk meminimalisir potensi negatif.

Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) DKI Jakarta gencar berinovasi melalui Program Keluarga Remaja. Yang membekali orang tua siswa dengan pengetahuan pola asuh remaja, komunikasi non-kekerasan, dan pengawasan digital. Peran orang tua dan guru sangat diperlukan untuk membangun komunikasi dan membimbing anak remaja. Karena mereka bertanggung jawab atas perilaku siswa di rumah maupun di sekolah.

Kritik dan Tantangan

Meskipun berbagai langkah telah dijalankan, anggota Fraksi PSI, Justin Adrian. Menilai upaya Pemprov DKI mengatasi tawuran masih bersifat seremonial dan belum menyentuh akar masalah. Justin mengidentifikasi tiga faktor utama pendorong tawuran: kemiskinan, tradisi, dan motif baru seperti konten media sosial untuk eksistensi daring.

Ia juga menyoroti tekanan sosial dan kondisi hunian yang sempit sebagai pemicu laten, di mana remaja kesulitan beristirahat di rumah yang penuh sesak. PSI mengkritik bahwa pendekatan moral dan keagamaan yang kerap dikedepankan Pemprov DKI tidak akan menyentuh struktur penyebab utama. Justin mendesak pembaruan kebijakan sosial, termasuk pengendalian populasi, perbaikan perumahan, dan penegakan tanggung jawab orang tua.

Ia bahkan mengusulkan penerapan sanksi bagi orang tua yang lalai mengawasi anaknya. Mencontoh negara lain yang memberlakukan pengawasan orang tua sebagai bagian dari sistem hukum sosial. Ancaman pencabutan Kartu Jakarta Pintar (KJP) bagi pelaku tawuran dinilai tidak lagi efektif dan orang tua harus memikul tanggung jawab lebih besar.

Inisiatif Kolaboratif dan Alternatif Solusi

Berbagai pihak, termasuk DPRD DKI Jakarta dan kepolisian, mendukung upaya Pemprov DKI dalam mencegah tawuran. Sosiolog Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Rakhmat Hidayat menyatakan bahwa pendekatan harus multikomprehensif. Selain kampanye anti-tawuran oleh Dinas Pendidikan, Rakhmat menyarankan agar Kapolsek atau Kapolres rutin menjadi pembina upacara di setiap sekolah untuk mempromosikan anti-tawuran.

Kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat juga penting untuk mencegah tawuran remaja. Polda Metro Jaya secara aktif menggelar penyuluhan kepada pelajar SMA di Jakarta. Mencakup pelatihan pengendalian emosi, pendidikan baris-berbaris, dan ceramah agama. Suku Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) di Jakarta Selatan mengadakan pelatihan bagi pengurus lingkungan dan forum kemasyarakatan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan tawuran sejak dini.

Alternatif solusi lain yang diusulkan termasuk pengaktifan kembali Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling) untuk mencegah aktivitas warga yang melampaui batas seperti kenakalan remaja dan tawuran. Selain itu, perbanyak kegiatan job fair dan pelatihan keterampilan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memberikan akses pekerjaan. Ada juga usulan untuk mengirim pelaku tawuran ke barak militer untuk pembinaan.

Kesimpulan

Pemprov DKI atasi tawuran dengan mengedepankan pendekatan preventif dan humanis. Menyadari kompleksitas akar masalahnya yang melibatkan faktor sosial, ekonomi, psikologis, dan teknologi. Meskipun telah banyak strategi yang diusulkan, seperti kolaborasi dengan ahli, kampanye sosial, pembentukan satgas.

Hingga pendekatan ekonomi dan sosial, kritik dari beberapa pihak menunjukkan bahwa upaya ini masih perlu menyentuh akar permasalahan yang lebih dalam. Seperti kemiskinan dan kondisi hunian. Efektivitas langkah-langkah ini, termasuk sanksi seperti pencabutan KJP dan penguatan peran keluarga.

Terus menjadi fokus evaluasi untuk memastikan Jakarta menjadi kota yang lebih aman dan layak bagi remajanya. Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap tentang Pemprov DKI Atasi Tawuran hanya di INFO KEJADIAN JAKARTA.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari www.antaranews.com
  2. Gambar Kedua dari www.jakartahits.id