Polusi udara di Jakarta kembali memburuk dengan kadar PM2.5 menembus batas aman WHO, mengancam kesehatan masyarakat luas.

Daniel Johan, Anggota Komisi IV DPR RI, menegaskan bahwa ini bukan semata fenomena alam, melainkan cerminan buruknya tata kelola emisi di kota. Ia mendorong audit emisi menyeluruh, pembatasan kendaraan, hingga zona rendah emisi di area vital.
Simak pandangan lengkapnya serta solusi konkret untuk mengatasi krisis udara di Jakarta dan sekitarnya. Di bawah ini Info Kejadian Jakarta akan membahas secara lengkap pandangan Daniel Johan dan solusi konkret untuk mengatasi krisis polusi udara yang semakin parah di Jakarta.
Polusi Udara Bukan Sekadar Fenomena Alam
Polusi udara di Jakarta dan sekitarnya kembali menjadi sorotan publik setelah beberapa hari terakhir wilayah ini diselimuti kabut pekat yang menurunkan jarak pandang dan memperburuk kesehatan masyarakat.
Berdasarkan data dari aplikasi pemantauan kualitas udara Nafas Indonesia, indeks kualitas udara (AQI) di sejumlah titik di Jabodetabek menunjukkan angka merah yang berarti tidak sehat. Bahkan, kadar PM2.5 partikel polutan mikro yang bisa masuk hingga ke paru-paru telah menembus angka 160 µg/m³, jauh di atas batas aman yang direkomendasikan oleh WHO.
Menanggapi kondisi tersebut, Anggota Komisi IV DPR RI, Daniel Johan menegaskan bahwa memburuknya kualitas udara ini bukanlah fenomena musiman atau sekadar akibat cuaca ekstrem. Menurutnya, ini adalah bukti nyata lemahnya tata kelola emisi di wilayah perkotaan.
“Polusi udara adalah persoalan struktural yang berakar pada ketidakseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, tingginya jumlah kendaraan pribadi, serta lemahnya penegakan regulasi,” tegas Daniel pada Jumat 4 Juli 2025.
Inversi Suhu dan Kemarau Basah Memperparah Polusi
Fenomena cuaca seperti inversi suhu menjadi salah satu penyebab terperangkapnya polutan di lapisan udara bawah. Inversi suhu terjadi ketika lapisan udara dingin yang seharusnya berada di atas justru berada di bawah, sehingga memerangkap partikel polusi dari kendaraan, industri, hingga pembakaran sampah terbuka.
Kondisi ini diperburuk oleh kemarau basah, yang menyebabkan minimnya pergerakan udara vertikal. Membuat polusi tidak bisa tersebar ke atmosfer lebih tinggi. Kombinasi antara faktor cuaca dan buruknya tata kelola lingkungan menciptakan kondisi udara yang sangat tidak sehat. Terutama bagi anak-anak, lansia, dan mereka yang memiliki penyakit pernapasan.
Daniel menyebut ini sebagai situasi darurat lingkungan yang harus segera ditangani secara serius dan lintas sektoral.
Baca Juga:
Perlu Audit Emisi Menyeluruh dan Aksi Konkret

Daniel Johan mendorong adanya audit emisi menyeluruh sebagai langkah awal untuk mengatasi permasalahan ini. Audit ini harus mencakup semua sumber pencemar seperti kendaraan bermotor, pabrik industri, dan praktik pembakaran sampah terbuka.
Ia juga mendorong penerapan pembatasan kendaraan berbasis emisi serta mempercepat elektrifikasi pada moda transportasi publik di kota besar seperti Jakarta. “Tanpa data yang akurat, kebijakan hanya akan menjadi asumsi,” tegasnya.
Oleh karena itu, ia meminta agar sistem pemantauan kualitas udara secara real-time diperkuat dan dijadikan dasar dalam pengambilan kebijakan pemerintah. Daniel juga menyoroti pentingnya edukasi publik agar masyarakat sadar dan berperan dalam menurunkan emisi melalui gaya hidup ramah lingkungan.
Zona Rendah Emisi dan Reformasi Tata Ruang Kota
Salah satu solusi yang diusulkan oleh Daniel adalah penerapan zona rendah emisi (Low Emission Zone/LEZ) di area vital seperti sekolah, rumah sakit, dan perkantoran pusat. Menurutnya, anak-anak dan pasien rumah sakit tidak boleh terus-menerus terpapar udara beracun karena kesalahan kebijakan lingkungan.
Ia juga mengusulkan reformasi kebijakan tata ruang kota agar pembangunan tidak memperparah krisis iklim mikro dan mempersempit ruang terbuka hijau yang menjadi paru-paru kota.
“Clean Air Zone bagus, tapi kita butuh pendekatan makro. Transportasi, industri, dan tata kota harus disentuh secara holistik,” jelas Daniel. Ia menekankan bahwa solusi tambal sulam tidak akan efektif tanpa perubahan besar dalam arah kebijakan pembangunan dan lingkungan.
Roadmap Penurunan Emisi
Sebagai langkah jangka panjang, Daniel meminta agar Pemerintah pusat dan daerah segera menyusun roadmap penurunan emisi tahunan yang konkret dan berbasis data ilmiah. Roadmap ini harus memiliki target yang jelas, indikator pencapaian, serta mekanisme evaluasi rutin untuk memastikan implementasi kebijakan berjalan efektif.
Lebih dari sekadar dokumen perencanaan, roadmap ini harus menjadi komitmen negara dalam menjamin hak masyarakat atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat. “Ketika udara menjadi ancaman, maka negara tidak boleh abai,” tegas Daniel. Ia mengingatkan bahwa konstitusi Republik Indonesia telah menjamin hak setiap warga negara untuk hidup dalam lingkungan yang baik dan sehat.
Kesimpulan
Polusi udara di Jakarta bukan hanya masalah cuaca atau musim, melainkan cerminan dari krisis tata kelola lingkungan. Pernyataan tegas Daniel Johan mengingatkan semua pihak bahwa krisis ini perlu direspons dengan aksi nyata, bukan sekadar retorika.
Audit emisi, zona rendah emisi, elektrifikasi transportasi publik, serta tata ruang yang ramah lingkungan bukan lagi pilihan melainkan kebutuhan. Saatnya pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha bergerak bersama. Karena udara bersih adalah hak, bukan kemewahan.
Simak dan ikuti terus Info Kejadian Jakarta agar Anda tidak ketinggalan informasi berita terupdate dan menarik lainnya setiap hari.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari news.detik.com
- Gambar Kedua dari www.bloombergtechnoz.com