Posted in

Banjir Jakarta 2025, Ancaman Berulang yang Butuh Solusi Berkelanjutan Segera

Banjir kembali melanda Jakarta pada tahun 2025, menambah daftar panjang bencana hidrometeorologi yang kerap menghantui berbagai wilayah di Indonesia.

Banjir Jakarta 2025, Ancaman Berulang yang Butuh Solusi Berkelanjutan Segera

Fenomena ini tidak hanya membawa kerugian material, tetapi juga meninggalkan trauma mendalam bagi warga yang terdampak. Dalam artikel ini, Info Kejadian Jakarta akan dibahas secara mendalam tentang kronologi, penyebab, dampak, respons pemerintah, serta catatan kelam banjir di Indonesia yang terus berulang dari masa ke masa.

Kronologi Banjir Jakarta 2025

Awal Maret 2025 menjadi saksi bencana banjir besar yang melanda Jabodetabek, meliputi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Karawang.

Hujan deras yang mengguyur sejak 3 Maret sore menyebabkan sungai-sungai utama, seperti Ciliwung dan Bekasi, meluap dan merendam ribuan rumah. Ketinggian air di beberapa lokasi bahkan mencapai 2,7 meter, memaksa lebih dari 90.000 orang mengungsi dan menelan sedikitnya 9 korban jiwa.

Banjir tidak hanya terjadi di pusat kota, tetapi juga meluas ke wilayah pinggiran. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat puluhan rukun tetangga (RT) tergenang air, terutama di Jakarta Timur dan Selatan. Di beberapa titik, seperti Kelurahan Cawang dan Duren Tiga, ketinggian air mencapai 210 cm hingga 130 cm.

Penyebab Utama dan Pola Baru Banjir

Banjir Jakarta 2025 memperlihatkan pola baru yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kali ini, hujan ekstrem terjadi di hulu sungai, terutama di wilayah Bogor dan Puncak, lalu air bergerak ke hilir dan mencapai puncak di Jakarta pada tengah malam hingga dini hari.

Fenomena ini diperparah oleh alih fungsi lahan di daerah aliran sungai (DAS) serta pembangunan infrastruktur yang kurang memperhatikan aspek lingkungan. Selain faktor curah hujan, keberadaan tanggul dan bendung di Bekasi justru memperlambat aliran air, sehingga banjir sulit surut.

Simulasi yang dilakukan oleh tim meteorologi menunjukkan bahwa tanggul yang ada tidak mampu menampung debit air, bahkan memperluas area genangan hingga 720 hektare dengan ketinggian air maksimum 3,5 meter di beberapa titik. Selain itu, pasang air laut (rob) akibat fase Bulan Baru dan Perigee juga memperparah banjir di pesisir utara Jakarta.

Baca Juga: Situasi Darurat Banjir Jakarta: 53 RT Terendam, Warga Mulai Mengungsi

Dampak Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

Banjir Jakarta 2025, Ancaman Berulang yang Butuh Solusi Berkelanjutan Segera

Banjir 2025 membawa dampak signifikan pada berbagai aspek kehidupan. Kerugian material di Jabodetabek mencapai Rp 1,69 triliun, dengan Bekasi Raya menjadi wilayah paling terdampak. Infrastruktur rusak, ribuan rumah terendam, dan aktivitas ekonomi lumpuh selama beberapa hari.

Di Jakarta Barat, lebih dari 300 jiwa mengungsi akibat genangan air yang mencapai ketinggian hingga 80 cm. Sementara itu, di Jakarta Selatan, puluhan RT terdampak banjir sehingga warga terpaksa meninggalkan rumah mereka.

Selain kerugian fisik, banjir juga menimbulkan masalah kesehatan, seperti meningkatnya penyakit kulit, diare, dan risiko penularan penyakit menular. Anak-anak kehilangan tempat bermain, sekolah terganggu, dan warga harus menjemur uang serta barang-barang berharga yang basah akibat banjir.

Respons Pemerintah dan Upaya Penanganan

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan daerah penyangga bergerak cepat dengan mengaktifkan status tanggap darurat, mengerahkan pompa air, serta menyalurkan bantuan logistik kepada warga terdampak.

Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menegaskan pentingnya koordinasi lintas dinas dan pemanfaatan teknologi untuk mempercepat surutnya air. Pompa-pompa air dimaksimalkan begitu air laut mulai surut, agar banjir tidak meluas.

Namun, banjir 2025 juga menjadi peringatan bahwa upaya penanganan belum cukup efektif tanpa perbaikan tata kelola lingkungan dan pengendalian alih fungsi lahan. Pemerintah didorong untuk memperkuat sistem peringatan dini, memperbaiki infrastruktur drainase, serta melakukan revitalisasi sungai dan daerah resapan air secara berkelanjutan.

Catatan Kelam Banjir di Indonesia

Banjir Jakarta 2025 hanyalah satu dari sekian banyak catatan kelam bencana banjir di Indonesia. Sejarah mencatat banjir besar pernah melanda Jakarta pada tahun 1621, 1918, 1942, 1976, 1996, 2002, 2007, 2013, 2015, 2018, dan 2020, dengan pola dan dampak yang semakin parah akibat urbanisasi dan perubahan iklim.

Statistik menunjukkan bahwa peristiwa banjir di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, menandakan perlunya langkah serius dalam mitigasi bencana dan adaptasi perubahan iklim. Setiap banjir besar selalu meninggalkan trauma, kerugian, dan pelajaran berharga bagi seluruh masyarakat dan pemerintah.

Banjir Jakarta 2025 menjadi pengingat bahwa bencana serupa dapat terus terjadi jika akar masalah tidak segera diatasi. Kolaborasi semua pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga dunia usaha, sangat dibutuhkan untuk membangun sistem perlindungan yang lebih tangguh di masa depan.

Banjir bukan sekadar bencana alam, melainkan ujian bagi komitmen bangsa dalam menjaga lingkungan dan keselamatan warganya. Simak dan ikuti terus Info Kejadian Jakarta agar Anda tidak ketinggalan informasi berita terupdate dan menarik lainnya setiap hari.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari www.merahputih.com
  2. Gambar Kedua dari nasional.kompas.com