Posted in

Fakta Mengejutkan Dari Dedi Mulyadi Soal Banjir Besar Melanda Jakarta

Banjir yang melanda Jakarta dalam beberapa waktu terakhir kembali menjadi perhatian serius pemerintah dan masyarakat luas.

Fakta Mengejutkan Dari Dedi Mulyadi Soal Banjir Besar Melanda Jakarta

Berbagai pihak mencoba mencari penyebab utama dari bencana ini. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, memberikan pandangannya yang tegas dan berbeda dari narasi umum. Ia menolak istilah banjir kiriman dari Bogor dan mengungkapkan faktor-faktor utama yang menyebabkan Jakarta dikepung banjir.

Artikel Info Kejadian Jakarta ini akan mengupas tuntas penjelasan Dedi Mulyadi dan solusi yang ia tawarkan untuk mengatasi masalah banjir yang kompleks ini.

Penolakan Narasi Banjir Kiriman dari Bogor

Dedi Mulyadi secara tegas menolak istilah banjir kiriman dari Bogor yang selama ini sering digunakan untuk menjelaskan banjir di Jakarta. Menurutnya, aliran air dari dataran tinggi ke dataran rendah merupakan bagian dari siklus alam yang tidak dapat dihindari.

Oleh karena itu, menyalahkan Bogor sebagai penyebab utama banjir Jakarta adalah pemahaman yang keliru dan terlalu sederhana. Ia menegaskan, “Enggak ada banjir kiriman dari Bogor. Air itu mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah, itu aspek siklus alam”.

Perubahan Fungsi Lahan dan Alih Fungsi Tata Ruang

Meskipun menolak narasi banjir kiriman, Dedi Mulyadi mengakui bahwa perubahan fungsi lahan di wilayah Bogor dan sekitarnya sangat berkontribusi terhadap banjir. Banyak lahan yang sebelumnya berupa sawah, rawa, dan danau kini berubah menjadi perumahan dan kawasan komersial. Hal ini mengurangi kapasitas resapan air dan mempercepat aliran air ke Jakarta.

Dedi juga menyoroti bahwa pengusaha dari luar daerah, termasuk Jakarta, banyak yang terlibat dalam alih fungsi lahan ini. “Kalau mau jujur, perubahan alih fungsi lahan dan tata ruang di Bogor juga para pengusahanya dari mana?” ujarnya.

Baca Juga: Banjir Jakarta 2025, Ancaman Berulang yang Butuh Solusi Berkelanjutan Segera

Kondisi Sungai yang Dangkal dan Sempit

Fakta Mengejutkan Dari Dedi Mulyadi Soal Banjir Besar Melanda Jakarta

Salah satu faktor utama yang menyebabkan banjir adalah kondisi sungai yang dangkal dan sempit. Dedi Mulyadi menegaskan bahwa selama sungai-sungai yang mengalir dari dataran tinggi ke Jakarta tidak dinormalisasi dan diperbaiki, banjir akan terus terjadi. Pendangkalan sungai dan penyempitan aliran air menghambat kapasitas sungai menampung air hujan dan aliran dari hulu.

Selain itu, pengurukan rawa-rawa yang seharusnya berfungsi sebagai kantong air juga memperparah kondisi banjir. “Selama sungainya masih dangkal, sempit, dan rawa-rawa terus diuruk untuk pembangunan, banjir pasti akan terus terjadi,” tegas Dedi.

Upaya Revisi Tata Ruang dan Normalisasi Sungai

Dedi Mulyadi menekankan pentingnya revisi tata ruang dan normalisasi sungai sebagai langkah strategis untuk mengatasi banjir. Pemerintah Provinsi Jawa Barat berencana melakukan revisi tata ruang agar fungsi lahan kembali sesuai dengan peruntukannya. Di sisi lain, Pemprov DKI Jakarta juga berupaya membongkar bangunan yang menutup daerah aliran sungai.

Meski biaya untuk pemulihan lingkungan sangat mahal, Dedi meyakini bahwa investasi ini jauh lebih penting daripada pembangunan tanpa memperhatikan aspek lingkungan. Ia mengajak semua pihak untuk bekerja sama dalam upaya pemulihan ini.

Pentingnya Sinergi Antar Daerah dan Kesadaran Bersama

Dedi Mulyadi mengingatkan bahwa masalah banjir bukan hanya tanggung jawab satu daerah saja, melainkan memerlukan sinergi antar daerah penyangga Jakarta seperti Bogor, Bekasi, dan Karawang. Ia meminta para kepala daerah untuk melakukan normalisasi sungai, rehabilitasi lahan kritis, dan melarang alih fungsi lahan yang tidak sesuai.

Kesadaran bersama dan kerja sama lintas wilayah menjadi kunci utama dalam mengatasi banjir yang selama ini menjadi masalah kronis. “Recovery lingkungan itu lebih mahal dari pembangunan, tapi tidak bisa jalan sendiri, harus semua orang bekerja sama,” pungkasnya.

Banjir Jakarta adalah masalah kompleks yang melibatkan faktor alam dan manusia. Penjelasan Dedi Mulyadi membuka perspektif baru bahwa banjir bukan semata-mata kiriman air dari Bogor, melainkan akibat perubahan fungsi lahan, kondisi sungai, dan kurangnya pengelolaan lingkungan yang baik.

Dengan langkah konkret revisi tata ruang, normalisasi sungai, dan sinergi antar daerah, diharapkan banjir di Jakarta dapat diminimalisir di masa depan. Simak dan ikuti terus Info Kejadian Jakarta agar Anda tidak ketinggalan informasi berita terupdate dan menarik lainnya setiap hari.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari voi.id
  2. Gambar Kedua dari tirto.id