Pramono Anung, Gubernur di Jakarta, sengaja tidak mempublikasikan program pelatihan kerja untuk mencegah lonjakan jumlah peserta.

Kebijakan ini, yang diungkapkan pada 10 Juli 2025, bertujuan untuk mengelola partisipasi dalam program tersebut, memastikan efisiensi dan kualitas pelatihan. Meskipun tidak diumumkan secara luas, program seperti Mobile Training Unit (MTU) tetap berjalan dan memberikan hasil nyata, melatih ratusan warga dan membantu mereka mendapatkan pekerjaan.
Pendekatan ini menunjukkan komitmen pemerintah daerah terhadap pembangunan SDM tanpa perlu eksposur publik berlebihan. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Info Kejadian Jakarta.
Latar Belakang Kebijakan Pramono Anung
Pramono Anung, Gubernur DKI Jakarta, mengambil keputusan untuk tidak mempublikasikan program pelatihan kerja secara luas. Langkah ini disebut-sebut sebagai strategi untuk mengendalikan jumlah pendaftar. Tujuannya adalah untuk menghindari “lonjakan peserta” yang mungkin terjadi jika program ini diumumkan secara terbuka dan besar-besaran.
Meskipun tidak diumumkan secara luas, program pelatihan kerja tetap berjalan, seperti Mobile Training Unit (MTU) yang telah melatih 960 warga Jakarta. Dari jumlah tersebut, 32 orang di antaranya langsung mendapatkan pekerjaan.
Program MTU ini diharapkan dapat menjadi bekal bagi warga Jakarta dalam mencari pekerjaan. Warga yang mengikuti pelatihan akan mendapatkan sertifikat yang dapat digunakan untuk melamar pekerjaan. Pramono Anung bahkan meninjau langsung pelaksanaan program MTU di Rusunawa KS Tubun.
Manfaat dan Tujuan Program Pelatihan Kerja
Program pelatihan kerja yang digagas oleh Pramono Anung memiliki beberapa manfaat dan tujuan utama. Salah satunya adalah untuk mengatasi masalah pengangguran dan pemutusan hubungan kerja (PHK) di Jakarta. Untuk mencapai hal ini, Pramono merancang tiga strategi utama, yaitu mendirikan balai latihan kerja, menyediakan permodalan, dan menyelenggarakan pelatihan sumber daya manusia (SDM).
Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta, Pramono-Anung dan Rano Karno, juga menjanjikan program pelatihan kerja bersertifikat untuk warga Jakarta. Selain itu, Pemerintah Provinsi Jakarta juga akan membuka pelatihan keterampilan bagi warga daerah yang datang ke Jakarta setelah mudik Lebaran 2025. Pelatihan ini akan mencakup berbagai bidang, seperti staf manajemen data (operator), yang mulai dibuka pendaftarannya pada tahun 2025.
Baca Juga: Kasus Pencabulan Hingga Temuan Mayat Tanpa Kepala di Jaksel
Program Job Fair dan Kebijakan Publikasi

Selain program pelatihan kerja, Pramono Anung juga memiliki program bursa kerja atau job fair sebagai salah satu program unggulan dalam 100 hari pertama masa kepemimpinannya. Namun, Pramono juga tidak ingin job fair ini terlalu diekspos kepada publik.
Ia menyatakan bahwa membantu warga mendapatkan pekerjaan adalah tanggung jawab pemerintah dan ia tidak ingin hal tersebut menjadi bahan ekspos berlebihan. Ini menunjukkan konsistensi dalam pendekatannya terhadap publikasi program-program ketenagakerjaan. Pendekatan ini mungkin bertujuan untuk menjaga fokus pada pelaksanaan program daripada pada promosi publik yang luas.
Evaluasi Program 100 Hari Kerja Pramono-Rano
Kinerja 100 hari kerja Pramono-Rano telah mendapatkan apresiasi dari legislator. Legislator menilai bahwa kinerja dalam 100 hari kerja tersebut dapat menjadi fondasi yang kuat untuk pembangunan Jakarta ke depan. Dalam bidang ketenagakerjaan, program pelatihan Mobile Training Unit (MTU) sangat diapresiasi karena telah melatih ratusan warga Jakarta.
Sebanyak 40 program dari total rencana kerja Pramono-Rano juga dilaporkan telah terealisasi dalam 100 hari pertama masa jabatan mereka. Ini menunjukkan bahwa meskipun program-program ini tidak dipublikasikan secara luas, pelaksanaannya tetap berjalan dan memberikan hasil yang nyata.
Dampak pada Partisipasi dan Aksesibilitas
Kebijakan Pramono Anung untuk tidak mempublikasikan program pelatihan kerja secara luas menimbulkan pertanyaan mengenai dampak pada partisipasi dan aksesibilitas masyarakat. Di satu sisi, kebijakan ini dapat mencegah antrean panjang dan membludaknya peserta yang mungkin tidak dapat diakomodasi.
Hal ini juga dapat membantu pemerintah dalam mengelola sumber daya dan memastikan kualitas pelatihan tetap terjaga. Namun, di sisi lain, kurangnya publikasi bisa membuat sebagian masyarakat yang membutuhkan informasi pelatihan menjadi tidak tahu dan melewatkan kesempatan berharga.
Warga Jakarta yang tidak memiliki akses informasi yang memadai mungkin tidak menyadari adanya program-program ini. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk menemukan keseimbangan antara mencegah lonjakan peserta dan memastikan bahwa informasi tentang program pelatihan kerja dapat diakses oleh mereka yang paling membutuhkan.
Kesimpulan
Keputusan Gubernur Pramono Anung untuk tidak mengumumkan program pelatihan kerja secara luas di Jakarta didasarkan pada keinginan untuk mencegah lonjakan peserta. Meskipun demikian, program-program seperti Mobile Training Unit (MTU) tetap berjalan dan berhasil melatih ratusan warga, dengan sebagian di antaranya langsung mendapatkan pekerjaan.
Kebijakan ini mencerminkan pendekatan yang hati-hati dalam pengelolaan program ketenagakerjaan, dengan fokus pada efisiensi dan hasil nyata daripada publikasi massal. Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap hanya di Info Kejadian Jakarta.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari news.detik.com
- Gambar Kedua dari www.mediusnews.com